jump to navigation

NASEHAT KEMATIAN UMAR BIN ABDUL AZIZ 27 Februari 2011

Posted by jihadsabili in kematian.
trackback

NASEHAT KEMATIAN UMAR BIN ABDUL AZIZ

oleh Pondok Nurani pada 05 Februari 2011 jam 0:09
Suatu ketika, Umar bin Abdul
Aziz mengiringi jenazah. Ketika
semuanya telah bubar, Umar
dan beberapa sahabatnya tidak
beranjak dari kubur jenazah tadi.
beberapa sahabatnya bertanya,
“ wahai Amirul Mukminin, ini
adalah jenazah yang engkau
menjadi walinya. Engkau
menungguinya disini lalu akan
meninggalkannya ”.
Umar berkata, “Ya.
Sesungguhnya kuburan ini
memanggilku dari belakang.
Maukah kalian kuberitahu apa
yang ia katakan kepadaku? ”.
Mereka menjawab,”Tentu”.
Umar berkata,”Kuburan ini
memanggilku dan
berkata, ”Wahai Umar bin Abdul
Aziz, maukah kuberitahu apa
yang akan kuperbuat dengan
orang yang kau cintai ini ?”
“Tentu” jawabku.
Kuburan itu berkata, “Aku bakar
kafannya, kurobek badannya
dan kusedot darahnya serta
kukunyah dagingnya. Maukah
kau kau kuberitahu apa yang
kuperbuat dengan anggota
badannya ?”. “Tentu”, jawabku.
“Aku cabut (satu per satu dari)
telapak ke tangannya, lalu dari
tangannya ke lengan, dan dari
lengan menuju pundak. Lalu
kucabut pula lutut dari pahanya.
Dan paha dari lututnya. Ku cabut
pula lutut itu dari betis. Dan dari
betis menuju telapak kakinya”.
Lalu Umar bin Abdul Aziz
menangis, dan berkata,
“ Ketahuilah, umur dunia hanya
sedikit. Kemuliaan didalamnya
adalah kehinaan. Pemudanya
akan menjadi renta, dan yang
hidup didalamnya akan mati.
Celakalah yang tertipu olehnya.
Janganlah kau tertipu oleh
dunia. Orang yang tertipu
adalah yang tertipu oleh dunia.
Dimanakah penduduk yang
membangun suatu kota,
membelah sungai-sungainya
dan menghiasinya dengan
pepohonan, lalu tinggal
didalamnya dalam jangka waktu
sangat pendek. Mereka tertipu,
menggunakan kesehatan yang
dimiliki untuk berbuat maksiat.
Demi Allah, di dunia mereka
dicengkeram oleh hartanya –
tak boleh begini dan begitu –,
dan banyak orang yang dengki
kepadanya.
Apa yang diperbuat oleh tanah
dan kerikil kuburan terhadap
tubuhnya? Apa pula yang
diperbuat binatang-binatang
tanah terhadap tulang dan
anggota tubuhnya?
Dulu, di dunia mereka berada di
tengah-tengah keluarga yang
mengelilinginya. Diatas kasur
yang empuk dan pembantu
yang setia. Keluarga yang
memuliakan dan kekasih yang
menyertainya.
Tetapi ketika semuanya berlalu,
dan maut datang memanggil,
lihatlah betapa dekat kuburan
dengan tempat tinggalnya.
Tanyakan kepada orang kaya,
apa yang tersisa dari
kekayaannya? Tanyakan pula
kepada orang fakir, apa yang
tersisa dari kefakirannya?
Tanyalah mereka tentang lisan,
yang sebelumnya mereka
gunakan berbicara. Juga tentang
mata yang mereka gunakan
melihat hal-hal yang
menyenangkan.
Tanyakan tentang kulit yang
lembut dan wajah yang
menawan serta tubuh yang
indah … apa yang dilakukan
cacing tanah terhadap itu
semua? Warnanya pudar,
dagingnya dikunyah-kunyah,
wajahnya terlumuri tanah.
Hilanglah keindahannya. Tulang
meremuk, badan membusuk
dan dagingnya pun tercabik-
cabik.
Dimanakah para punggawa dan
budak-budak? Dimana kawan …
dimana simpanan harta benda?
Demi Allah, mereka tidak
membekali si mayit dengan
kasur, bahkan tongkat untuk
bertopang sekalipun. Dahulu
dirumah mereka merasakan
kenikmatan. Kini ia tenggelam
dibawah benaman tanah.
Bukankah kini mereka tinggal
ditempat yang lusuh dan
menjijikan? Bukankah sama saja
bagi mereka; siang dan malam?
Bukankah sekarang mereka
tenggelam dalam pekatnya
kegelapan? Tak ada lagi
kesempatan untuk bertemu
dengan orang-orang tercinta.
Berapa banyak orang yang
dulunya mulia, kini wajahnya
hancur. anggota badannya
tercerai berai. Mulut mereka
belepotan dengan darah dan
nanah. Binatang-binatang tanah
mengerubuti jasad mereka,
sehingga satu per satu anggota
tubuh terlepas. Hingga akhirnya
tak tersisa, kecuali hanya
sebagian kecil saja.
Mereka telah meninggalkan
istananya. Berpindah dari
tempat lapang ke lubang yang
sempit. Sesudah itu, istri-istri
mereka dinikahi orang lain.
Anak-anaknya pun berkeliaran
dijalan. Harta bendanya dibagi-
bagi oleh ahli warisnya.
Diantara mereka, ada pula yang
dilapangkan kuburnya. Diberi
kenikmatan dan bersenang-
senang dengannya didalam
kubur. Tetapi ada pula yang di
adzab dalam sempitnya lubang
kubur. Menyesali apa yang telah
mereka kerjakan ”. Umar lalu
menangis dan berkata, “Wahai
yang menjadi penghuni kubur
esok hari, bagaimana dunia bisa
menipumu? Dimana kafanmu …
dimana minyak (wewangian
untuk orang mati)mu, dan
dimana dupamu? Bagaimana
nanti ketika kamu telah berada
dalam pelukan bumi.
Celakalah aku, dari bagian tubuh
yang mana pertama kali cacing
tanah itu melumatku? Celakalah
aku, dalam keadaan bagaimana
aku kelak bertemu dengan
malaikat maut, saat ruhku
meninggalkan dunia? Keputusan
apakah yang akan diturunkan
oleh Rabbku ?”.
Ia menangis dan terus
menangis, lalu pergi . Tak lebih
dari satu pekan setelah itu, ia
meninggal. Semoga ia dirahmati
Allah.

Komentar»

1. rafaqo - 28 Februari 2011

Subhanalloh….


Tinggalkan Balasan ke rafaqo Batalkan balasan